Berawal dari sebuah harapan dan perjuangan, dr. Gamal Albinsaid, M.Biomed. yaitu seorang dokter, inovator kesehatan, wirausahawan sosial, yang juga inspirator kebanggaan Indonesia ini telah berhasil menginspirasi banyak orang di sekelilingnya. SMK PGRI Turen diberi kesempatan untuk dikunjungi entrepreneur muda ini sebagai pembicara dalam kegiatan Gamal Goes To School #121 dengan tema “Mencetak Generasi Berkarakter Berjiwa Siap Kerja”, Jumat (3/2).
Pria 33 tahun ini telah meraih berbagai penghargaan di usianya yang masih muda melalui inovasi-inovasi yang telah dikembangkannya seperti Garbage Clinical Insurance, Homedika, Siapapeduli.id, Ayotolong.com, Sabuk Bayi Pintar, Care for mother, dan Mother Happiness Center. Pengalamannya bertemu dan bercengkerama dengan tokoh dunia seperti Pangeran Charles, Vladimir Putin, dan menjadi pembicara di kancah internasional tentunya didapatkan dengan perjalanan panjang yang penuh tantangan. Namun, kegigihannya untuk meraih mimpi-mimpi tidak mematahkan semangat untuk terus berjuang.
“kalau kita sempurnakan niat, maka Allah akan menyempurnakan pertolongannya, kalau akhirat yang kita tuju, maka dunia akan datang dalam keadaan tunduk” itulah yang menjadi pegangan dokter muda asal Malang dalam perjalanan hidup meraih mimpinya hingga bisa menjadi satu-satunya orang Asia yang mendapat penghargaan kehormatan HRH The Prince of Wales Young Sustainbility Entrepreneur Award dari kerajaan Inggris ketika mendirikan Garbage Clinical Insurance.
Dari seorang dokter hingga menjadi seorang motivator adalah tujuan beliau untuk menginspirasi kepada anak muda agar bisa mengikuti jejaknya dalam meraih prestasi dan menggapai mimpi. “Kalau kamu tidak berjuang keras mengejar mimpimu, maka suatu hari nanti oranglain akan membayar kamu untuk mengejar mimpi mereka” pungkasnya.
Tambahan pesan bagi siswa-siswi SMK PGRI Turen dalam wawancara bersama dr. Gamal Albinsaid adalah pertama, meminta kepada anak muda untuk bekerja dalam sunyi dan biarkan keberhasilan menjadi berisik. Kedua, tidak ada kebaikan yang sempurna tanpa kesabaran karna kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah kebaikan bertahan. Dan yang terakhir, lebih baik kita menderita karna kedisiplinan dari pada menderita karena kegagalan. (Johan/Lina/Dea)
@journalist.yes